Jumat, 25 Januari 2008

tawazun dan kimia analisis

Belajar tentang kimia gak ubahnya belajar tentang sifat...yah bisa dibilang kimia itu adalah psikologinya science (he..he..jadi narcis neh). Terus terang ketika kau mendalam ilmu kimia...banyak sekali fenomena kimia yang jika kita renungkan pada akhirnya akan membuat kita bersujud...susujud sujudnya dihadapan Allah.Tidak ada celah bagi kita yang bisa kita masuki untuk bisa membantah keberadaan dan kekuasaan-Nya.

seperti halnya ketika kita belajar tentang kimia analisis...disini kita belajar mengenai reaksi kesetimbangan.Reaksi yang tak akan pernah berhenti sebelum dia mencapai kondisi kesetimbangannya.Apa efeknya kalau gak seimbang? sebuah reaksi kimia akan menjadi bersifat eksplosif (mudah meledak) atau yang lebih ringan bersifat merusak sebuah tatanan yang teratur (misalnya merusak untaian DNA kita yang akhirnya menyebabkan kanker) dan hal ini akan terus terjadi sampai mencapai titik keseimbangannya.
Untuk itu sebelum bekerja dilaboratorium, seorang alchemist di harapkan untuk mengenali karakter dan keunikan setiap larutan yang dicampurkan.

Kalau kita renungkan tubuh kita ini tak ubahnya adalah sekumpulan energi/sifat dimana masing-masingnya memiliki pola interaksi tertentu.Kalau kita tidak mnejaga mereka untuk berinteraksi secara seimbang...bisa dibayangkan apa yang terjadi?
dari sisi ruh, emosi menjadi tidak stabil dalam kondisi ekstrim malah bisa jadi gila
dari sisi jasad, fisik mudah sekali sakit dalam kondisi ekstrim malah bisa jadi kanker
Pada hakikatnya kita adalah alchemist untuk diri kita sendiri, untuk itu sudah seharusnya kita mengenali karakter dan keunikan diri kita sendiri. Agar kita bisa mengukur seberapa seimbangnya kita dalam menjalani hidup ini.

Ternyata subhanallah ya...makhluk terkecil Allah semisal elektron,proton, neutron, energi kuanta aja bisa menyelaraskan diri mereka dalam konsep tawazun dan memberikan contoh-contoh ketawazunannya kepada manusia untuk menjadi pelajaran.
Kita sebagai khalifah yang mengatur mereka, seharus nya patut malu dan bukannya malah dzhalim dengan cara merusak sifat seimbangnya.

Ini baru dari sisi kimia analisis...belum lagi kimia anorganik yang menggambarkan tentang nilai sebuah perjuangan dan mengajak kita untuk mengenali diri sendiri...kimia organik yang merupakan perumpamaan dari ukhuwah...atau kimia quantum yang mengajak kita mengenali Allah...ah...kapan2 kalo punya kesempatan untuk insya Allah kucoba untuk menuliskannya disini...

wallahu a'lam bishowab

"Dan sungguh telah Kami buatkan dalam AlQuran ini segala macam perumpamaan bagi manusia agar mereka mendapatkan pelajaran"


Jumat, 11 Januari 2008

Karena Cinta

Kemana lagi hendak kulangkahkan kakiku ini?
Masih adakah bumi tempatku berpijak?
Atau sisa langit yang harus ku junjung?

Di padang dunia aku mengembara...
Berkelana mencari cita...
Menoreh jejak....
Menyusuri takdir yang tak kunjung hadir...

Adakala gunung harus ku tanjaki...
Tak urung jatuh kedasar lembah...

Allah, kalau bukan karena cinta...
lelah, aku menapak...

Insan beriman tak pernah mengeluh...
Insan beriman percaya bahwa semua pasti ada akhirnya...
Insan beriman selalu berdoa dan berikhtiar...
Insan beriman tidak pernah putus asa...
(tausiyah from : Rujiani, thanks ukhti...)

Rabu, 02 Januari 2008

MUHASABAH

Robbi,
Aku malu menghadap-Mu...
Karena aku tau betapa banyak dosa yang terpoles di wajah ini...
Betapa banyak cumbu rayu semu yang menyeretku kian jauh dari-Mu
Aku malu menatap-Mu
Walau lewat kerling sudut mataku
Karena aku tau betapa banyak nista yang kubiarkan lewat dipandanganku
Menjual mimpi harapan palsu
dan semakin terlena ku terbuai melupakan-Mu

Robbi,
Sungguh aku malu tuk tega berdiri dihadapan-Mu
Karena aku tau betapa angkuh dan aniayanya aku
merasa diri begitu besar dan sempurna
sehingga syukurku jatuh limbung diterjang nafsu kesombonganku

Tapi ya Robbi,
Biarkan aku malu dan menyesali masa lalu
tuk mulai arif menghitung-hitung setiap detik yang kian membentang
yang mungkin masih Kau sisakan untukku
Biaskan cakrawala baru tuk mengubah kelam hidupku

Biarkan aku malu ya Robbi,
Dipenghujung malam yang hening milik-Mu
dalam tangis dan munajatku yang paling bening
Biar kutumpahkan segala rasa
Diatas sajadahku yang penuh air mata

(icha, cimanggis 99)