Rabu, 23 November 2011

Sepenggal Masa Lalu

Teringat lamunan tadi pagi....seperti biasa saat saat menunggu bis menuju kantor didepan halte ratu plaza...selalu saya sempatkan untuk membeli kue kue ringan yang dijual oleh seorang ibu. Entah kenapa tiba tiba pikiran saya seperti mereview kejadian beberapa tahun yang lalu....

Kebetulan kue yang saya beli ada kue lumpur...kue bolu dan kue sus....tahukah temans....kue kue inilah yang telah mengantarkan saya hingga bisa lulus kuliah...Sebuah kejadian super rumit mengharuskan saya mengambil langkah untuk berwirausaha...jangankan biaya kuliah uang jajan aja saya gak punya...jangankan uang jajan...ongkos transportpun kembang kempis...(sering juga dulu gak mentoring gara gara gak punya uang transport...atau pinjam teman teman mentoring...untuk ongkos pulang)

Kalau sudah akhir semester...nama saya selalu dipanggil oleh bagian keuangan...karena belum bisa bayar biaya kuliah....perkara perkara rumit yang terjadi saat itu benar benar membuat kuliah saya kacau....beruntunglah aku masih punya 2 sahabat baik yang selalu mengerti kondisi saya...yang siap membantu saya....seburuk apapun kondisi saya...(semoga ALLAH senantiasa memberikan berkah untuk 2 sahabat terbaikku ini)

Berbekal uang 50.000 rupiah yang diberikan teman saya...akhirnya saya gunakan untuk memulai wirausaha....kalo boleh jujur berat sekali rasanya memulai untuk berwirausaha...belum harus mengalahkan rasa malu...gengsi...takut....bahkan diawal awal jualan...padahal itu kue sudah dibeli gak saya jual karena terlanjur malu. tapi dengan berbekal bismillahirrahmanirrahim.... akhirnya saya paksa juga untuk melangkah...saya beli kue kue ringan dipasar pagi...kemudian saya jual lagi dikampus...(jadi lah setiap hari aku menenteng kue kue...persis seperti ibu yang sebelumnya aku ceritakan)...dari modal 50.000 akhirnya saya bisa mendapatkan keuntungan sampai 400.000-600.000 sebulan...alhamdulillah paling tidak...cukup untuk membiayai biaya kuliah dan transport saya sehari hari...

Ada satu ritual yang selalu saya lakukan jika kue kue ku tak habis terjual (psssst...ini rahasia ya...) semua sisa kue saya berikan pada seorang nenek tua renta yang kerap kali mengemis dipinggiran stasiun kalibata... sebenarnya aku juga mencontoh ini dari ritual sahabatku...Tahukan temans...setiap saya memberikan sisa kue ku.... sang nenek selalu tak henti hentinya mendoakan kebaikan dan kemudahan kemudahan untuk hidup saya. Sampai sekarang masih terbayang di benak saya sumringah wajahnya ketika mendapatkan makanan apapun dari saya... dan ternyata dikemudian hari doa doanya untuk saya...ternyata menjadi benar (walaupun satu yang belum terkabulkan...urusan jodoh hahaha....).

Disaat saat tersulit saya ALLAH selalu memberikan jalan keluar dari arah yang tak terduga....
1.Saat saya benar benar kehabisan dana untuk kuliah....ada seorang bapak yang terenyuh mendengar kisah saya dan berbaik hati untuk melunasi segala biaya kuliah saya...tanpa mengharap ucapan terimakasih dariku..bahkan terkadang beliau suka memberikan transport untuk saya...(semoga ALLAH senantiasa memuliakan kedudukan beliau)
2.Saat saya benar benar kesulitan dalam menyusun tugas akhir saya....tiba tiba hanya dalam waktu dua minggu saja saya mampu menyelesaikan semuanya.
3. Setelah lulus kuliah...kurang dari 6 bulan saya mendapat pekerjaan dikantoran.

Inni NasruLLAHA qariib....inna ma'al 'usri yusro...fa inna ma'al 'usri yusro............

Satu pelajaran dari perjalanan hidup saya sendiri adalah "Beranilah untuk memulai....istiqomah didalamnya"... Langkah pertama adalah penentu dari ribuan langkah berikutnya.... Kalau aku ingat ingat bagaimana sulitnya kuperjuangkan hidayah ini....rasanya tak ingin kulepaskan dengan percuma.
Memaksa diri untuk kuliah di UI yang mahal itu saya anggap adalah langkah "tersinting" diriku (gak ngerti biaya dari mana...yang penting ujian). Menggunakan hijab saya anggap sebagai langkah terberani diriku...walau saat itu saya begitu faham dengan segala resiko yang harus kulalui....Memulai berwirausaha saya anggap sebagai langkah terindah dalam hidup saya....terbukti tiga jalan inilah...yang kini benar benar berarti bagi hidup saya.

Bahkan ketika sebagian besar orang memilih untuk hanya menghabiskan waktu dikantoran...saya tetap nyambi untuk berniaga....saya juga ingin merasakan separuh dari ruh (semangat) ayah saya (seorang enterpreneur sejati) paling tidak dengan cara ini bisa sedikit mengobati kerinduan saya pada beliau.

Hmmm....pada akhirnya kunyahan demi kunyahan sebiji kue lumpur yang saya cicipi pagi ini semakin terasa manis....tapi bukan lagi berasal dari rasa manisnya campuran tepung dan gula didalamnya....namun berasal dari rasa manis yang lebih dalam...merasuk ke hati...mengharu biru.....

ternyata asaya bisa melewati segalanya :')


~Biarkan jalan kesabaran menjadi nostalgia indah yang kelak akan kita bukukan dalam catatan kehidupan kita dan akan kita banggakan dihadapan Pencipta kita~

Sabtu, 01 Oktober 2011

babak baru di LTQ

waktu terus berjalan...gak terasa sampai juga diriku ini di kelas tahfidz di LTQ karisma risalah setelah penantian setahun. sebenarnya dulu juga pernah menghafal baru 1,5 juz sih privat dengansalah seorang ustdzah alhikmah kemudian pindah ke Karisma Risalah dan masuk ke kelas tahsin....hmmm rasanya ketika memasuki kelas ada semangat baru dan kerinduan untuk menghafal dan memurojah kembali hafalan yang pernah kumiliki...maklum diriku ini tipical yang kalo gak dipaksa gak menghafal...jadi praktis jangka waktu setahun memang tidak menambah hafalan baru....(bandel yak!!!!)

dengan basmallah ku mencoba memulai hafalan dari juz 29.dan sampai saat ini (2xpertemuan) sudah mencapai surat al haaqqah.ada satu pelajaran yang menarik buat diriku...ketika aku men tasmi' kan bacaanku di depan ustadzah ku...alhamdulillah semua berjalan lancar (hanya sedikit kekurangan...sedikit sekali)...ya Rabbi...satu pelajaran yang menarik itu adalah betapa lancarnya diriku untuk mentasmi'kan bacaan ke 3 surat ini.Padahal dulu waktu pertama kali aku mencoba menghafal juz 29...diriku terbengong bengong...apakah aku bisa??? dengan tulisan keriting seperti ini...kemampuan bahasa arabku yang sama sekali tidak bisa diharapkan...apakah aku bisa??? dan perlahan aku mencoba menghafalnya...jujur melawan keinginan diri untuk bersantai seringkali tak bisa kuhindari....ketika menghafal mudah sekali lupa...belum menghafal mati bahasa arabnya....hadooooh koq terasa berat banget yah....belum kena "diomelin" ustadzahku karena setiap pekan cuma bisa menambah sedikit....sementara yang sudah dihafal seringkali lupa....pendek kata...proses ini gak gampang buat aku...Tapi pagi ini diriku benar benar membuktikan bahwa ternyata ane bisa mentasmi'kannya secara fasih di depan ustdazahku....nikmaat sekali rasanya bisa mengalunkan al quran tanpa membaca....
ternyata semuanya butuh proses dan setiap proses harus diimbangi dengan kesabaran dan ketekunan. Dan ini akan menjadi pelajaran aku kemudian untuk bisa bersabar dalam kepahitan..ya Rabbi perjalanan aku tuk meghafal quran ini benar benar masih panjang...semoga Engkau teguhkan diri ini....dalam niat yang lurus, hati yang ikhlas,kesabaran yang mendalam dan kegigihan yang memuncak.
aku jadi ingat dengan ustadzah ku di alhikmah...ya Rabb semoga Engkau senantiasa memberikan kebaikan kebaikan yang melimpah kepada beliau...atas kesabarannya menghadapi diriku yang rada lemot kalau urusan hafalan....atas segala nasihat nasihat terbaiknya...
jujur...diriku rindu dengan "omelannya"...sindiran sindiran "pedasnya"....yang kalau gak di begitukan belum tentu aku bisa menghafal....

ada satu nasehat beliau kepada diriku bahwa ketika kita ingin menjadi penghafal quran...
maka semangat utama yang kita tanamkan adalah semangat memurojaah...bukan semangat menambah hafalan.Karena ada diantara teman teman yang mengaku menghafal quran, mengaku pernah menghafal 10 juz...namun ketika di minta murojaah 2 juz saja tidak bisa....dan mereka itu bukan lagi disebut penghafal penghafal quran...tapi...mantan penghafal quran.

ya Rabb...teguhkan pendirian ini.....

Senin, 12 September 2011

Tuhan Sembilan Senti

Oleh: Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di
bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Rabu, 07 September 2011

Hamba Tak Tau diri

Beberapa hari yang lalu baru aja pulang dari makam kedua orang tua ku....sepanjang jalan keluar pemakaman kami melewati pohon cemara dan cakar ayam. Otak herbal ku keluar dah ... Waktu itu aku bilang ke kakakku...bahwa daun ini insyaALLAH efektif untuk mengobati kanker paru paru. Terus kakakku bilang..."mmmm....mungkin juga sih...liat aja bentuk daunnya kan kayak cabang cabang bronchiolus". Sesaat aku langsung berfikir.......bahwa perkataan kakakku memang benar. Bahwa seringkali ALLAH memberikan petunjuk kebesarannya kepada manusia melalui tanda tanda yang khas.

Seperti halnya herba....herba herba berwarna merah umumnya baik untuk darah. yang daunnya bulat seperti pegaga baik untuk otak. yang berbentuk panjang seperti wortel dan akar akaran baik untuk masalah lelaki. dan masih banyak lagi
Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.....sesungguhnya apa yang ada dilangit dan dibumi ini terdapat tanda tanda kekuasaan ALLAH...dan hanya difahami oleh kaum yang mau berfikir.

Sejenak aku menyambungkan cerita ini dengan taujih dari seorang ustadz ku di LTQ ketika sedang mentadabburi surat Ar Rahman .Ada satu taujih beliau yang begitu menarik bagiku... yaitu ketika beliau mengatakan bahwa didalam surat Ar Rahman ALLAH berfirman bahwa Dia lah yang menundukkan apa apa yang ada dilangit dibumi....semua demi kepentingan manusia.
Dia jaga arus perputaran benda benda angkasa sedemikian rupa dan sangat terukur...untuk kepentingan manusia. Dia tundukkan api, air, tanah, angin untuk kepentingan manusia. Dia jadikan gunung untuk menjaga bumi...untuk kepentingan manusia. Dia tundukkan hewan hewan untuk kepentingan manusia.Semua nya telah ALLAH tundukkan untuk kepentingan manusia... dalam dunia tumbuhanpun...ALLAH benar benar memberikan petunjuk-Nya pada manusia...melalui bentuknya...warnanya....Bahkan Iblis dan para Malaikatpun disuruh-Nya tunduk kepada manusia.
Sebegitunya ALLAH memuliakan manusia....tapi seringkali kita yang bernama hamba lupa untuk berterimakasih kepada-Nya.hhhh kita ini benar benar hamba tidak tau diri. Sampai sampai didalam surat Ar Rahman berkali kali ALLAH harus menyebutkan..."fabi ayyi aalaa i rabbikumaa tukadzibaan....." berkali kali ia sebutkan...."Nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan...?"
seolah olah dalam bahasa gaulnya ALLAH ingin mengatakan..."hoooi......kurang apa lagi coba....hayo...kurang baik apa gue...semua dah gue kasih buat loe...loe susah gue kasih jalan keluar...setiap detik setiap saat gue jagain loe dan gue curahkan segala kasihsayang gue buat loe...kurang baik apa gue....." dan itu disebut ALLAH berulang ulang. Seharusnya orang yang tau diri tentunya benar benar malu kalau mendengar orang yang sering membantunya berkali kali mengucapkan kalimat ini.Seolah olah memang kita tidak tau terimakasih.

Rabbana...ya Rabbana...dzolamna anfusanaa. Wa illam taghfirlanaa watarhamnaa lanakunannaa minal khasirin....

Ampuni kami yaa Robb.yang seringkali dengan sengaja melupakan-Mu. bahkan bermain main dengan peringatan-Mu. Seringkali kami sengaja menyerempetkan diri ini ke jurang neraka-Mu...goflah seringkali menjadi bagian dari hidup kami.
Hamba yang tak tau diri ini bersimpuh dihadapan-Mu...memohon belas kasih-Mu...mengharapkan ampunan-Mu...meminta bimbingan-Mu...agar Kau jaga hati ini...agar Kau jaga jasad ini dari segala sesuatu yang membuat-Mu benar benar murka.

Ampuni kami ya Rabb......

Senin, 05 September 2011

Perjalanan



Pada keheningan malam aku bertanya kepada bintang...
apakah yang disebut dengan cahaya...
Hanya untuk menegaskan apa arti percaya...

Aku berdiri dipersimpangan...
Terpaku dalam kebimbangan...
Hanya secarik peta langit yang mengajakku berfantasi...
Tentang misteri gugusan rasi...

Sesungguhnya aku hilang tanpa arah...
tak tau kemana harus melangkah...

Dan pada sepertiga malam...
aku masih berdiri dipersimpangan...
Tenggelam dalam ketidakmengertian...
Tengadahku kepada langit...bertanya tanya...
Apakah artinya cahaya...jika masih menyisakan gelita...

ALLAHumma Anta Murobbi...

Minggu, 03 Juli 2011

fashbir shobron jamiila

Fashbir shobron jamiila, indah banget yah...kalau kita bisa menyelami kalimat ini dengan baik...bersikap sabar dengan kesabaran yang indah...entah kenapa kalimat ini, akhir akhir ini selalu terngiang ditelinga saya...persis setelah mendapat tausiyah pekan lalu.

Mungkin karena akhir akhir ini saya merasa sedang diajarin ALLAH untuk bisa bersikap sabar.yah beberapa kejadian di beberapa bulan terakhir ini memang cukup menampar diri saya dan membuat diri ini lebih banyak memilih untuk bersikap diam bahkan hampir saja saya menanam mosi tidak percaya pada semua orang. Tapi walaupun bikin sakit hati...marah ...kesal..kecewa ternyata dibalik itu semua saya merasakan adanya tarbiyah ALLAH untuk saya supaya  bisa mengambil pelajaran bermakna dari semua ini. agar saya menjadi lebih sabar...agar saya menjadi lebih arif dalam menyikapi banyak hal.

ALLAH memang maha baik...dalam kondisi hati yang sedang kurang baik, ada saja cara ALLAH memberikan tausiyah untukku...muncul dengan cara yang tak terduga... entah kenapa dari ceramah ceramah yang saya dengar, buku buku yang saya baca, diskusi diskusi yang terjadi antara saya dan teman teman...semua mengarah kepada hal yang sama...persis dengan kondisi hati saya yang sedang kurang baik.

Tapi kenapa ya...saya bisa semarah ini...padahal biasanya saya selalu berusaha untuk open mind...apa yang salah pada saya???? mungkinkah dzikir saya yang kurang???? tapi alhamdulillah...cerita pak ustadz pekan lalu benar benar menjadi jawaban dari semuanya....Fashbir shobron jamiila...sabar dengan kesabaran yang indah...tanpa menggerutu dan tanpa ada niatan untuk membalas semuanya....tanpa mencari pembenaran diri....dan berusaha keras mencari tau apa yang harus diperbaiki

biarlah tangan ALLAH yang bekerja...kalau ALLAH membalas semuanya adalah hanya karena ALLAH Maha Adil tapi kalau ALLAH tidak membalas...itu semata karena ALLAH maha Penyayang dan mudah mudahan kejadian kejadian ini adalah penggugur bagi dosa dosa ku...ya ALLAH...anta murobbi...Inni tawakkuli 'alaika...

Rabbi...semoga Engkau berkenan membantu hamba tuk membukakan pintu pintu kearifan pada diri ini...sehingga mata hati ini mampu menjadi furqon antara yang haq dan yang bathil



Terkadang kita memang perlu merefresh kehidupan kita...kembali ke titik nol agar pintu pintu hikmah terbuka lebar bagi kita...menyapu setiap gundah hingga yang tersisa cuma kebahagiaan untuk mencintai ALLAH


Kamis, 07 April 2011

RINTIHAN SEORANG IBU ...

by : AhsanTV Indonesia


Assalamualaikum Warohmatulloh ,

Smoga Alloh senantiasa memberiakan taufiq dan hidayahNYA kepada kita ,

Saudaraku sekalian kami hadirkan sebuah artikel yang Insya Alloh dengan artikel tersebut ,

mudah-mudahan kita bisa menggambil pelajaran yaitu dengan menjadi seorang anak yang berbakti .

Smoga Alloh senantiasa memberikan pahala kepada yang menyampaikannya .

Khususnya Ustadz Armen Rohimahulloh . Amin...

Selamat membaca . ( Redaksi )

Untuk anakku yang ku sayangi di bumi Alloh ta’ala

Segala puji ku panjatkan ke hadirat Alloh ta’ala, yang telah memudahkan ibu untuk beribadah kepada-Nya.

Sholawat serta salam, ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-, keluarga, dan para sahabatnya.

Wahai anakku…

surat ini datang dari ibumu, yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang, ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri ini.

Setiap kali menulis, setiap itu pula gores tulisan ini terhalangi oleh tangis. Dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula, hati ini terluka.

Wahai anakku…

Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak. Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau akan remas kertas ini, lalu engkau robek-robek, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati ibu, dan telah engkau robek pula perasaannya.

Wahai anakku…

25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku.

Suatu ketika dokter datang menyampaikan tentang kehamilanku, dan semua ibu sangat mengerti arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini, sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi ibu.

Semenjak kabar gembira tersebut, aku membawamu sembilan bulan. Tidur, berdiri, makan, dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi, itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu wahai anakku, pada kondisi lemah di atas lemah. Bersamaan dengan itu, aku begitu gembira tatkala merasakan dan melihat terjalan kakimu, atau balikan badanmu di perutku.

Aku merasa puas, setiap aku menimbang diriku, karena bila semakin hari semakin berat perutku, berarti dengan begitu engkau sehat wal afiat di dalam rahimku.

Anakku…

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah tiba pada malam itu, yang aku tidak bisa tidur sekejap pun, aku merasakan sakit yang tidak tertahankan, dan merasakan takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu berlanjut, sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula, aku melihat kematian di hadapanku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia, dan engkau lahir. Bercampur air mata kebahagiaanku dengan air mata tangismu.

Ketika engkau lahir, menetes air mata bahagiaku. Dengan itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku kepadamu semakin bertambah, dengan bertambah kuatnya sakit.

Aku raih dirimu, sebelum ku raih minuman. Aku peluk cium dirimu, sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkongan.


Wahai anakku…

Telah berlalu setahun dari usiamu. Aku membawamu dengan hatiku, memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Sari pati hidupku, kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur, demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku selalu melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat, adalah setiap permintaanmu agar aku berbuat sesuatu untukmu. Itulah kebahagiaanku.

Lalu berlalulah waktu, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, selama itu pula, aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai… menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti… menjadi pekerjamu yang tidak pernah lelah… dan mendoakan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.

Aku selau memperhatikan dirimu, hari demi hari, hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu, wahai anakku…

Tatkala itu, aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan, demi mencari pasangan hidupmu, semakin dekat hari perkawinanmu anakku, semakin dekat pula hari kepergianmu.

Tatkala itu, hatiku serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka. Tangis telah bercampur pula dengan tawa.

Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan… karena engkau telah mendapatkan jodoh… karena engkau telah mendapatkan pendamping hidup… Sedangkan sedih karena engkau adalah pelipur hatiku, yang akan berpisah sebentar lagi dari diriku.

Waktu pun berlalu, seakan-akan aku menyeretnya dengan berat, kiranya setelah perkawinan itu, aku tidak lagi mengenal dirimu.

Senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihanku, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam, seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran, aku benar-benar tidak mengenalmu lagi, karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.

Terasa lama hari-hari yang ku lewati, hanya untuk melihat rupamu. Detik demi detik ku hitung demi mendengar suaramu. Akan tetapi penantianku seakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu, aku menyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering, aku merasa bahwa engkau yang akan menelponku. Setiap suara kendaraan yang lewat, aku merasa bahwa engkaulah yang datang.

Akan tetapi semua itu tidak ada, penantianku sia-sia, dan harapanku hancur berkeping. Yang ada hanya keputus-asaan… Yang tersisa hanya kesedihan dari semua keletihan yang selama ini ku rasakan, sambil menangisi diri dan nasib yang memang ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku…

Ibumu tidaklah meminta banyak, ia tidaklah menagih padamu yang bukan-bukan.

Yang ibu pinta kepadamu:

Jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu.

Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan ibu memohon kepadamu nak, janganlah engkau pasang jerat permusuhan dengan ibumu.

Jangan engkau buang wajahmu, ketika ibumu hendak memandang wajahmu.

Yang ibu tagih kepadamu:

Jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana, sekalipun hanya sedetik.

Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi. Atau sekiranya terpaksa engkau datang sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku…

Telah bungkuk pula punggungku… bergemetar tanganku… karena badanku telah dimakan oleh usia, dan telah digerogoti oleh penyakit… Berdirinya seharusnya telah dipapah… duduk pun seharusnya dibopong…

Akan tetapi, yang tidak pernah sirna -wahai anakku- adalah cintaku kepadamu… masih seperti dulu… masih seperti lautan yang tidak pernah kering… masih seperti angin yang tidak pernah berhenti…

Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikan dengan kebaikan, sedangkan ibumu, mana balas budimu, mana balasan baikmu?! bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air serupa?! bukan sebaliknya air susu dibalas dengan air tuba?! Dan bukankah Alloh ta’ala, telah berfirman:

هل جزاء الإحسان إلا الإحسان

Bukankah balasan kebaikan, melainkan kebaikan yang serupa?!

Sampai begitukah keras hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu.

Wahai anakku…

Setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak?! Karena engkau adalah buah dari kedua tanganku… Engkau adalah hasil dari keletihanku… Engkaulah laba dari semua usahaku…

Dosa apakah yang telah ku perbuat, sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?!

Pernahkah suatu hari aku salah dalam bergaul denganmu?!

Atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?!

Tidak dapatkah engkau menjadikanku pembantu yang terhina dari sekian banyak pembantu-pembantumu yang mereka semua telah engkau beri upah?!

Tidak dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu?!

Dapatkah engkau sekarang menganugerahkan sedikit kasih sayang demi mengobati derita orang tua yang malang ini?!

إن الله يحب المحسنين

Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berbuat baik.

Wahai anakku…

Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.

Wahai anakku…

Hatiku terasa teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan, bahwa engkau adalah laki-laki yang supel, dermawan dan berbudi.

Wahai anakku…

Apakah hatimu tidak tersentuh, terhadap seorang wanita tua yang lemah, binasa dimakan oleh rindu berselimutkan kesedihan, dan berpakaian kedukaan?!

Mengapa? Tahukah engkau itu?! Karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… Karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… Karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim.

Wahai anakku…

Ibumu inilah sebenarnya pintu surga, maka titilah jembatan itu menujunya… Lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, kemaafan, dan balas budi yang baik… Semoga aku bertemu denganmu di sana, dengan kasih sayang Alloh ta’ala sebagaimana di dalam hadits:

الوالد أوسط أبواب الجنة فإن شئت فأضع ذلك الباب أو احفظه

Orang tua adalah pintu surga yang paling tinggi. Sekiranya engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah! (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, dishohihkan oleh Albani)

Anakku…

Aku mengenalmu sejak dahulu… semenjak engkau telah beranjak dewasa… aku tahu engkau sangat tamak dengan pahala… engkau selalu cerita tentang keuatamaan berjamaah… engkau selalu bercerita terhadapku tentang keutamaan shof pertama dalam sholat berjamaah… engkau selalu mengatakan tentang keutamaan infak, dan bersedekah…

Akan tetapi satu hadits yang telah engkau lupakan… satu keutamaan besar yang telah engkau lalaikan… yaitu bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdulloh bin Mas’ud, ia mengatakan:

سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم، قلت: يا رسول الله أي العمل أفضل؟ قال: الصلاة على ميقاتها. قلت: ثم أيُّ؟ قال: ثم بر الوالدين. قلت: ثم أيُّ؟ قال: الجهاد في سبيل الله. فسكت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ولو استزدته لزادني. (متفق عليه)

Aku bertanya kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-: Wahai Rosululloh, amal apa yang paling mulia? Beliau menjawab: sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian jihad di jalan Alloh. Lalu aku pun diam (tidak bertanya) kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- lagi, dan sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya.

Itulah hadits Abdulloh bin Mas’ud…

Wahai anakku…

Inilah aku, ibumu… pahalamu… tanpa engkau harus memerdekakan budak atau banyak-banyak berinfak dan bersedekah… aku inilah pahalamu…

Pernahkah engkau mendengar, seorang suami yang meninggalkan keluarga dan anak-anaknya, berangkat jauh ke negeri seberang, ke negeri entah berantah untuk mencari tambang emas, guna menghidupi keluarganya?! Dia salami satu persatu, dia ciumi isterinya, dia sayangi anaknya, dia mengatakan: Ayah kalian, wahai anak-anakku, akan berangkat ke negeri yang ayah sendiri tidak tahu, ayah akan mencari emas… Rumah kita yang reot ini, jagalah… Ibu kalian yang tua renta ini, jagalah…

Berangkatlah suami tersebut, suami yang berharap pergi jauh, untuk mendapatkan emas, guna membesarkan anak-anaknya, untuk membangun istana mengganti rumah reotnya.

Akan tetapi apa yang terjadi, setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, yang ia bawa hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia gagal dalam usahanya. Pulanglah ia kembali ke kampungnya. Dan sampailah ia ke tempat dusun yang selama ini ia tinggal.

Apa lagi yang terjadi di tempat itu, setibanya di lokasi rumahnya, matanya terbelalak. Ia melihat, tidak lagi gubuk reot yang ditempati oleh anak-anak dan keluarganya. Akan tetapi dia melihat, sebuah perusahaan besar, tambang emas yang besar. Jadi ia mencari emas jauh di negeri orang, kiranya orang mencari emas dekat di tempat ia tinggal.

Itulah perumpaanmu dengan kebaikan, wahai anakku…

Engkau berletih mencari pahala… engkau telah beramal banyak… tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar… di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu masuk surga…

Ibumu adalah orang yang dapat menghalangimu untuk masuk surga, atau mempercepat amalmu masuk surga… Bukankah ridloku adalah keridloan Alloh?! Dan bukankan murkaku adalah kemurkaan Alloh?!

Anakku…

Aku takut, engkaulah yang dimaksud oleh Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- di dalam haditsnya:

رغم أنفه ثم رغم أنفه ثم رغم أنفه قيل من يا رسول الله قال من أدرك والديه عند الكبر أحدهما أو كليهما ثم لم يدخل الجنة (رواه مسلم)

Celakalah seseorang, celakalah seseorang, dan celakalah seseorang! Ada yang bertanya: Siapakah dia wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Dialah orang yang mendapati orang tuanya saat tua, salah satu darinya atau keduanya, akan tetapi tidak membuat dia masuk surga. (HR. Muslim 2551)

Celakalah seorang anak, jika ia mendapatkan kedua orang tuanya, hidup bersamanya, berteman dengannya, melihat wajahnya, akan tetapi tidak memasukkan dia ke surga.

Anakku…

Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit, aku tidak akan adukan duka ini kepada Alloh, karena jika seandainya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan, yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya…

Aku tidak akan melakukannya wahai anakku… tidak… bagaimana aku akan melakukannya, sedangkan engkau adalah jantung hatiku… bagaimana ibu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit, sedangkan engkau adalah pelipur lara hatiku… bagaimana ibu tega melihatmu merana terkena doa mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku…

Bangunlah nak… bangunlah… bangkitlah nak… bangkitlah… uban-uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa, sehingga engkau akan menjadi tua pula.

الجزاء من جنس العمل

Sebagaimana engkau akan berbuat, seperti itu pula orang akan berbuat kepadamu.

الجزاء من جنس العمل

Ganjaran itu sesuai dengan amal yang engkau telah tanamkan. Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam.

Aku tidak ingin engkau menulis surat ini… aku tidak ingin engkau menulis surat yang sama, dengan air matamu kepada anak-anakmu, sebagaimana aku telah menulisnya kepadamu.

Wahai anakmu…

bertakwalah kepada Alloh… takutlah engkau kepada Alloh… berbaktilah kepada ibumu… peganglah kakinya, sesungguhnya surga berada di kakinya… basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya… kencangkan tulang ringkihnya… dan kokohkan badannya yang telah lapuk…

Anakku…

setelah engkau membaca surat ini, terserah padamu. Apakah engkau sadar dan engkau akan kembali, atau engkau akan merobeknya.

Wa shollallohu ala nabiyyina muhammadin wa ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Dari Ibumu yang merana.

(Disadur dari kajian Ustadz Armen -rohimahulloh- oleh ustadz Abu Abdillah Ad-Daariny, Lc)


Kamis, 20 Januari 2011

ayah aku bangga jadi anak mu



Mengawali tulisanku di 2011 ini...kenapa ya...tiba tiba aku inget dengan sosok ayah. Mungkin karena abis ziarah ke makam kedua orang tua ku. Lagu ebiet ini paling tidak mewakili isi hatiku tentang sosok ayah yang senantiasa ku banggakan. Walau pertemuanku dengan seorang ayah tidak se intens anak anak yang lain...tapi aku tetap merasa dekat dengan beliau. karena setiap detik bersama beliau benar benar beliau curahkan untuk keluarga kami.

Dulu diriku sering tidak mengerti mengapa ayahku senang sekali mengajak aku melakukan perjalanan jauh dan bercerita tentang masa lalu dari setiap tetes perjuangannya dalam berwira usaha. Aku yang saat itu masih SD paling cuma diam dan mendengarkan dengan seksama...dengan sekali kali melontarkan pertanyaan pertanyaan yang mungkin gak terasa penting. Beliau kerap kali bercerita perjuangannya berenang ditengah lautan pindah dari satu pulau ke pulau lain...turun dari kapal laut untuk menggelar barang dagangan. bahkan pada suatu waktu beliau benar benar dengan bangganya menunjukkan pada ku tempat tempat persinggaahan beliau untuk berjualan.

Baru ketika aku beranjak dewasa...aku benar benar paham maksud tersembunyi dibalik cerita ceritanya, agar aku belajar menghargai sebuah kesulitan, agar aku belajar menghadapi sebuah perjuangan. Sesuatu yang kita harapkan akan terasa lebih indah jika didapatkan dengan perjuangan. Ayahku memang sosok yang sangat senang bercerita...petualang yang gigih, sosok yang sangat 'prepare', dan 'visioner'.

Sebagai sosok yang sangat prepare...beliau kerap membawa peta dan payung kalau kemana mana. Mungkin buat orang lain terdengar lucu dan aneh tapi menurutku beliau sosok yang unik. Dimanapun berada selalu membuat pertemanan...tak heran waktu beliau meninggal kemudahan kemudahan selalu menghampiri beliau dimana mana...

Sebagai sosok yang visioner pemikirannya jauh kedepan...mungkin ini sedikit menurun padaku...sejak kecil diriku selalu diajarkan untuk berfikir panjang dan pelan pelan beliau membentuk diriku sebagai deep thinker. Kalau aku salah atau mau mengambil keputuan...ayahku tidak pernah memaksa atau menyalahkan,beliau selalu memberikan pandangan akan apa yang aku putuskan. Sehingga setiap keputusan ku adalah keputusan yang memiliki dasar (berdasarkan pemikiran yang matang) menurut pandangan aku. Seperti misalnya keputusan untuk memilih sekolah...adalah pilihan aku. Bukan boneka atau mobil mobilan yang sebagai mainanku...tapi catur. Sejak kecil beliau selalu mengajakku main catur. 'Berfikir strategis' itu lah yang selalu di camkan beliau kepadaku. bersikap 'nanti bagaimana' bukan 'bagaimana nanti'.

Kakaku yang paling tua ...saat SMP sudah disuruh ke Papua sendirian. tanpa ada yang menemani (karena memang ayahku berwira usaha disana). sedang kan aku sendiri saat SD berangkat les bahasa inggris sendiri , pulang magrib , naik bis dari tempatnya lumayan jauh untuk ukuran anak SD. uang jajanku cuma 200 perak sehari cuma cukup untuk ongkos bis...otomatislah kalau mau bisa jajan aku wajib jalan kaki pulang pergi sekolah.kalau mau naik bis...artinya bawa makanan dari rumah.

Bagaimana cara beliau mendidikpun unik...kalau subuh subuh kami sulit bangun, maka beliau akan adzan ditelinga kami masing masing, sampai kami benar benar bangun. sholat subuh wajib berjamaah, dan usai sholat subuh...hafalan bacaan sholat beserta artinya selalu ditagih. Makan siang dan malam wajib bersama sama...kadang kadang ayahku suka bercanda untuk memasukkan potongan jahe ke makanan kami...sontak siapapun yang kena makan potongan jahe akibat keisengan ayahku...kami tertawakan. ayahku lebih senang membawa makanan sedikit tapi berebutan dari pada banyak untuk dibagi ke satu persatu anak...Bacarigi' tu nan lamak..istilah beliau untuk menggambarkan kebersamaan keluarga dengan berebutan makanan...Kepada khadimat pun ayahku selalu berprinsip...ketika mereka keluar dari rumah gak boleh jadi khadimat...maka kepada mereka yang jadi khadimat dirumah ...siap siap aja diajarin dagang sama ayahku bahkan kalau memungkinkan di bawa ke papua untuk merintis usaha di sana.
Walau bukan seorang guru ...namun hakikatnya beliau pendidik sejati...

Kadang kadang aku merindukan suasana seperti ini...bahkan sepertinya kalau diriku kelak berkeluarga...ingin sekali ku bisa menerapkan pola pendidikan ayahku. Aku selalu terinspirasi dengan petuahnya...

Beberapa hari yang lalu aku kembali bermimpi tentang ayahku...dalam mimpiku aku tau bahwa beliau sudah tidak ada. maka saat saat pertemuanku dengannya tak ku sia sia kan untuk menangis, sejadi jadinya, menumpahkan segala isi hati tentang kepedihan ku atas kepergian beliau, atas segala kerinduanku, tentang segala yang tejadi pasca kepergian beliau. Aku menangis....lalu ayahku memeluk dan menggendong aku seperti layaknya menggendong anak kecil...Beliau berkata "tenang nak...betapapun papa sudah tidak ada...papa selalu mengunjungi kalian...papa gak pernah meninggalkan kalian". Ya Rabbi...sebuah mimpi yang cukup menghibur aku.

Sebetulnya ada banyak amanah beliau yang belum sempat kutunaikan...entah bagaimana aku harus menjalaninya...kadang kadang terasa berat bagiku....tapi mudah mudahan ALLAH selalu memberikan jalan keluar kepadaku untuk menunaikannya. Ya Rabbi...jika hal ini kau anggap ibadah ku untuk berbakti kepada orang tua ku...mudahkan Ya Rabb, berikan jalan keluar dan beri aku kesanggupan untuk menjalaninya...

ayah.. nanda mohon maaf atas segala sikap yang pernah mengecewakan ayahanda, atas segala amanah yang belum tertunaikan, teriring doa dari ku ... harapkan kebahagiaan mu.... 'sungguh aku bangga jadi anakmu'