Rabu, 27 Agustus 2008

Suatu Saat Dalam Sejarah Cinta Kita

Suatu saat dalam sejarah cinta kita,
Kita tidur saling memunggungi
Tapi jiwa berpeluk-peluk
Senyum mendekap senyum

Suatu saat dalam sejarah cinta kita,
Raga tak lagi saling membutuhkan
Hanya jiwa kita sudah lekat menyatu
Rindu memeluk rindu

Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita hanya mengisi waktu dengan cerita
Mengenang dan hanya itu yang kita punya

Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita mengenang masa depan kebersamaan
Kemana cinta kan berakhir
Disaat tiada akhir

by: Anis Matta

Jumat, 08 Agustus 2008

warisan paling berharga

Sejenak mengulas titik balik kehidupanku....Sewaktu aku masih SD, bapakku pernah mengajakku mengkhayal tentang masa depan. Beliau bilang...nanti kalau papa, mama sudah tua mereka gak mau capek lagi tinggal nunggu memetik hasil dari anak-anaknya. Beliau bilang maunya menghabiskan masa tua dengan hanya bermain-main dengan cucu :) (he...he...ada-ada aja ya pemikiran bokap gue).

hmmmm....siapa yang nyangka ya...di usiaku yang sekarang ternyata aku sudah tidak punya orang tua. Bapakku menghadap Allah saat aku kelas 2 SMA. dan satu setengah tahun yang lalu ibu ku menyusul karena penyakit kanker rahim yang dideritanya . Tapi paling tidak aku masih lebih beruntung di banding teman-teman ku yang tidak pernah tahu wajah ayah dan ibu nya. Aku lebih beruntung karena walau pertemuan ku dengan mereka cukup singkat tapi segala nilai yang mereka tanamkan pada diriku begitu kuat tertancap didalam diri ini. Bapak dan ibuku tidak meninggalkan warisan banyak ketika menghadap Allah. Cuma ilmu dan prinsip hidup...

Tidak lama sesudah ayahku tiada, toko tempat sumber penghidupan kami habis terbakar, di tambah lagi dengan adanya beberapa penghianatan dari sepupu dan anak buah bapakku (yang menghambur-hamburkan harta warisan kami untuk judi dan main perempuan). Kondisi ini semakin membuat kami terpuruk. Tapi ada hal yang aku syukuri karena hikmah dibalik ini adalah memang disinilah sebenarnya titik balik kehidupanku.
Aku yang terbiasa menerima....harus belajar untuk mencari. Aku yang terbiasa meminta harus belajar untuk memberi. Dari mulai menghadap kepala sekolah untuk mengajukan keringanan biaya sekolah, sampai jualan dikampus untuk cari biaya kuliah dan yang agak elite dikit ngajar privat. Disini juga sebenarnya aku mulai mendalami ajaran islam lebih intensif. Lebih rajin sholat dhuha, mulai mau membaca terjemah al qur an dan mulai luluh untuk mau pake jilbab (walaupun untuk itu aku juga harus berjuang keras dan mendapat tantangan keras dari berbagai pihak). Tapi ini yang membuat aku semakin kuat...semakin berprinsip .

Harus kuakui bahwa sebenarnya aku mewarisi 2 jiwa dari kedua orang tuaku. Jiwa wirausaha dari ayahku dan jiwa religius dari ibuku. Sebuah perpaduan yang menurutku sempurna...untuk bisa membuat ku bertahan menjalani kehidupan hingga saat ini. Aku menganggap ini adalah warisan sebenarnya yang telah mereka berikan kepadaku. warisan berharga yang bahkan lebih berharga dari pada segunung emas.

Walaupun mungkin belum sesempurna mereka dan belum seperti apa yang mereka impikan. (Sebenarnya masih banyak harapan mereka yang belum bisa aku tunaikan karena keterbatasanku). Aku selalu berharap semoga orang tuaku ridho terhadap diriku dan mau memaafkan segala kesalahanku dan semoga Allah membimbingku untuk dapat menjadi apa yang mereka cita-citakan. Rabbi...pertemukan kami didalam syurga-Mu...hanya itu yang kuimpikan.

Allah karim..........syurga begitu layak untuk mereka



Senin, 04 Agustus 2008

Futur.....

Ramadhan sebentar lagi....tapi kenapa ya? sepertinya aku merasa masih jauh...ya Allah kesibukanku ternyata secara tak sadar membuatku lupa dengan-Mu. Selama sibuk di PON aku jadi orang yang susah banget bangun di malem hari (kelewat nyenyak) walaupun alarm handphone udah teriak-teriak di kuping, tilawahku???, dzikirku???, shalat sunnahku??? lalu apa yang tersisa dari hatiku?
ya Allah sepertinya aku harus mereview dan mengecek kembali segala rapor merah dalam ibadahku. Akankah ku biarkan diri ini belum siap untuk menyambut ramadhan tercinta?
Allah...Harus ku renungkan kembali bagaimana caraku mencintai-Mu.
Terkadang aku rindu suara kecipuk air di malam hari, suara yang selalu membuatku bangun dan kembali bersemangat untuk Qiyamullail karena gak mau kalah sama ibuku.

Rabbi...ternyata benar apa kata murobbiku...jikalau ada satu aja ibadah rutin kita yang kita tinggalkan...niscaya akan berimbas pada ibadah-ibadah yang lain...jujur kondisi begini gak enak banget untuk aku...ruh ku tersiksa ya Rabb...aku rindu saat-saat aku bisa menangis di hadapan-Mu....sendiri...di sepertiga malam...aku rindu untuk bisa menikmati lantunan tilawah ku sendiri.

Rabbi...jangan Kau biarkan aku sendiri. Menapak tanpa petunjuk-Mu.
Tunjuki aku ya Allah...tegurlah aku jikalau memang aku salah...
Rabbi ajari aku cara untuk mencintai-Mu
Aku malu pada-Mu ya Rabb....

Rabbana...yaaa rabbana.....dzhalamna anfuusanaaa...wa illam taghfiirlanaa... watarhamna...lanakuunananna minalkhaasiriin...