Senin, 12 September 2011

Tuhan Sembilan Senti

Oleh: Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di
bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Rabu, 07 September 2011

Hamba Tak Tau diri

Beberapa hari yang lalu baru aja pulang dari makam kedua orang tua ku....sepanjang jalan keluar pemakaman kami melewati pohon cemara dan cakar ayam. Otak herbal ku keluar dah ... Waktu itu aku bilang ke kakakku...bahwa daun ini insyaALLAH efektif untuk mengobati kanker paru paru. Terus kakakku bilang..."mmmm....mungkin juga sih...liat aja bentuk daunnya kan kayak cabang cabang bronchiolus". Sesaat aku langsung berfikir.......bahwa perkataan kakakku memang benar. Bahwa seringkali ALLAH memberikan petunjuk kebesarannya kepada manusia melalui tanda tanda yang khas.

Seperti halnya herba....herba herba berwarna merah umumnya baik untuk darah. yang daunnya bulat seperti pegaga baik untuk otak. yang berbentuk panjang seperti wortel dan akar akaran baik untuk masalah lelaki. dan masih banyak lagi
Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.....sesungguhnya apa yang ada dilangit dan dibumi ini terdapat tanda tanda kekuasaan ALLAH...dan hanya difahami oleh kaum yang mau berfikir.

Sejenak aku menyambungkan cerita ini dengan taujih dari seorang ustadz ku di LTQ ketika sedang mentadabburi surat Ar Rahman .Ada satu taujih beliau yang begitu menarik bagiku... yaitu ketika beliau mengatakan bahwa didalam surat Ar Rahman ALLAH berfirman bahwa Dia lah yang menundukkan apa apa yang ada dilangit dibumi....semua demi kepentingan manusia.
Dia jaga arus perputaran benda benda angkasa sedemikian rupa dan sangat terukur...untuk kepentingan manusia. Dia tundukkan api, air, tanah, angin untuk kepentingan manusia. Dia jadikan gunung untuk menjaga bumi...untuk kepentingan manusia. Dia tundukkan hewan hewan untuk kepentingan manusia.Semua nya telah ALLAH tundukkan untuk kepentingan manusia... dalam dunia tumbuhanpun...ALLAH benar benar memberikan petunjuk-Nya pada manusia...melalui bentuknya...warnanya....Bahkan Iblis dan para Malaikatpun disuruh-Nya tunduk kepada manusia.
Sebegitunya ALLAH memuliakan manusia....tapi seringkali kita yang bernama hamba lupa untuk berterimakasih kepada-Nya.hhhh kita ini benar benar hamba tidak tau diri. Sampai sampai didalam surat Ar Rahman berkali kali ALLAH harus menyebutkan..."fabi ayyi aalaa i rabbikumaa tukadzibaan....." berkali kali ia sebutkan...."Nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan...?"
seolah olah dalam bahasa gaulnya ALLAH ingin mengatakan..."hoooi......kurang apa lagi coba....hayo...kurang baik apa gue...semua dah gue kasih buat loe...loe susah gue kasih jalan keluar...setiap detik setiap saat gue jagain loe dan gue curahkan segala kasihsayang gue buat loe...kurang baik apa gue....." dan itu disebut ALLAH berulang ulang. Seharusnya orang yang tau diri tentunya benar benar malu kalau mendengar orang yang sering membantunya berkali kali mengucapkan kalimat ini.Seolah olah memang kita tidak tau terimakasih.

Rabbana...ya Rabbana...dzolamna anfusanaa. Wa illam taghfirlanaa watarhamnaa lanakunannaa minal khasirin....

Ampuni kami yaa Robb.yang seringkali dengan sengaja melupakan-Mu. bahkan bermain main dengan peringatan-Mu. Seringkali kami sengaja menyerempetkan diri ini ke jurang neraka-Mu...goflah seringkali menjadi bagian dari hidup kami.
Hamba yang tak tau diri ini bersimpuh dihadapan-Mu...memohon belas kasih-Mu...mengharapkan ampunan-Mu...meminta bimbingan-Mu...agar Kau jaga hati ini...agar Kau jaga jasad ini dari segala sesuatu yang membuat-Mu benar benar murka.

Ampuni kami ya Rabb......

Senin, 05 September 2011

Perjalanan



Pada keheningan malam aku bertanya kepada bintang...
apakah yang disebut dengan cahaya...
Hanya untuk menegaskan apa arti percaya...

Aku berdiri dipersimpangan...
Terpaku dalam kebimbangan...
Hanya secarik peta langit yang mengajakku berfantasi...
Tentang misteri gugusan rasi...

Sesungguhnya aku hilang tanpa arah...
tak tau kemana harus melangkah...

Dan pada sepertiga malam...
aku masih berdiri dipersimpangan...
Tenggelam dalam ketidakmengertian...
Tengadahku kepada langit...bertanya tanya...
Apakah artinya cahaya...jika masih menyisakan gelita...

ALLAHumma Anta Murobbi...