yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian.” (Q.S. al-Isra: 82)

Tak dapat dipungkiri, mukjizat Rasulluah Shallallahu ‘alaihi wasallam ini memang begitu
berarti bagi kehidupan. Mendengarkannya saja berpahala. Membacanya meski belum
memahaminya pun tetap tidak menghalangi efek dahsyat yang timbul pada diri manusia,
seperti ketentraman, serta cepat sembuh dari penyakit lahir dan batin.

Malik Badri melaporkan hasil penelitian Al-Qadi di Florida, Amerika Serikat. Penelitian ini
berhasil membuktikan bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan al-Quran, seorang muslim -
baik mereka yang berbahasa Arab maupun yang bukan - mampu merasakan perubahan
fisiologis yang besar, seperti penurunan depresi, kesedihan, bahkan memperoleh ketenangan
dan menolak berbagai macam penyakit. Penemuan Qadi ini diperoleh dengan bantuan
peralatan elektronik mutakhir untuk mendeteksi detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan
kulit terhadap aliran listrik. Penemuan ini menunjukkan bahwa bacaan Al Quran berpengaruh
besar (hingga 97%) dalam memberikan ketenangan dan penyembuhan penyakit.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat oleh penelitian Muhammad Salim yang
dipublikasikan oleh universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap lima orang sukarelawan
yang terdiri dari tiga pria dan dua wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti
bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-
Quran.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membaca al-
Quran secara tartil, dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al Quran. Kesimpulannya,
responden mendapat ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan al Quran dan
mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al
Quran.

Mengapa bisa demikian? Ternyata ada keterkaitan yang erat antara meditasi dengan al-Quran. Salah satu unsur yang dapat dikatakan meditasi dalam Al Quran adalah autosugesti dan
hukum-hukum bacaan (baca:tajwid) seperti waqaf dan yang lainnya.

Autosugesti sebagai olah ketenangan, sedang waqaf dan hukum bacaan lainnya adalah
olah pernapasan. Jarang seorang muslim berpikir kenapa setiap kali selesai tilawah (membaca
al Quran), tahu-tahu jiwa dan raga menjadi lebih enak. Ya, karena tajwid, waqaf, memang
diatur sesuai fitrah manusia. Maka, Mahasuci Allah, itulah salah satu efek al Quran yang
tentunya sesuai dengan sunnatullah.

Aspek Autosugesti
Al Quran merupakan kitab suci umat Islam yang banyak sekali berisikan nasehatnasehat,
kabar gembira bagi orang beriman yang beramal shaleh, dan juga ancaman-ancaman
bagi mereka yang kufur terhadap ayat-ayat Allah dan nikmat-nikmat-Nya. Maka, al Quran
berisikan ucapan-ucapan yang baik, yang dalam istilah al Quran sendiri disebut sebagai ahsan al
hadits, sebaik-baik perkataan.

Kata-kata yang penuh kebaikan sering memberikan efek autosugesti yang positif dan
yang akan menimbulkan ketenangan. Platonov, misalnya, telah membuktikan dalam
eksperimennya bahwa kata-kata sebagai suatu Conditioned Stimulus memang benar-benar
menimbulkan perubahan sesuai dengan arti atau makna kata-kata tersebut dalam diri manusia.

Pada eksperimen Platonov, kata-kata yang digunakannya adalah “tidur, tidur” dan memang
individu tersebut akhirnya tertidur. Demikian pula ketika berkiblat dengan al Quran. Isinya
mengajak ke arah perbaikan diri, yang tentunya akan menjadi motivator dahsyat dalam
menempuh hidup. Muslim yang tidak memahami Bahasa Arab pun tetap bisa mendapatkan
efek positif ini, karena mereka paham keagungan kitabullah tersebut.

Efek autosugesti ini lebih mujarab dengan pemahaman dan akan menurun seiring
dengan pemahaman yang tidak juga bertambah. Maka, sebisa mungkin pahami dengan bahasa
Arab plus baca tafsirnya, insya Allah lebih indah dan mengena. Jika sulit, minimal baca
terjemahan al Quran agar kita mengerti ayat-ayat Al Quran yang kita lantunkan.
Relaksasi dari Aspek Waqaf dan Tajwid
Berbeda dengan bacan-bacan lain, Al Quran adalah kitab suci yang mempunyai kode etik
tersendiri untuk membacanya. Pembaca Al Quran harus membaca dengan sekali nafas hingga
kalimat-kalimat tertentu atau hingga tanda-tanda tertentu (baca:waqaf). Jika si pembaca
berhenti pada tempat yang tidak semestinya, maka ia harus membaca ulang kata atau kalimat
sebelumnya.

Waqaf inilah latihan pernapasan yang teratur dan alami. Ditambah cara membaca yang
khas dari hukum-hukum bacaan tajwid, maka dari sinilah efek-efek luar biasa insya Allah kita
raih. Kadang napas panjang, kadang pendek, semuanya langsung dibimbing dengan aturan atau
pola yang ditetapkan Allah dan Rasul Nya. Fakta membuktikan bahwa meditasi dengan
membaca Al Quran ini tidak ada efek negatifnya dibandingkan meditasi non islami buatan
manusia.

Membanggakan bukan, memiliki kitab pegangan dunia akhirat, dengan segala manfaat
yang bisa dinikmati, dahulu, kini, dan nanti. Semua manfaat ini diperoleh dengan cara yang
merupakan identitas kita: sebagai seorang muslim! Inilah kitab yang Allah jadikan derajat kita
bisa terangkat karenanya. Dengan demikian, amat mengherankan jika seorang muslim enggan
membaca dan mempelajarinya, apalagi menjauhkannya.

Indahnya membaca al Quran, “surat cinta” dari sang Pencipta, Allah!

Sumber:
Al-Qur’an al Karim dan Terjemahannya. Available from Freeware: Al Quran Digital versi 2.0.
Ramadhani, E.Z. 2007. Super Health: Gaya Hidup Sehat Rasulullah. Yogyakarta: Pro-U-Media

http://linut.blog.uns.ac.id/2010/05/22/al-quran-dan-fakta-medis-2/