Rabu, 24 Desember 2008

Seni Melukis Hidup

2 hari yang lalu...silaturahim ke rumah salah seorang saudaraku...ngobrol ngalor ngidul lah...dari hal gak penting sampe hal yang paling penting. Enaknya sih karena beliau punya pengetahuan islam yang cukup dalam walaupun kita beda prinsip. Satu hal yang paling menarik dalam sebuah pembicaraan adalah ketika saya melontarkan sebuah pertanyaan...bagaimana cara kita untuk mengetahui kondisi baik atau buruknya akhlaq seseorang. Beliau menjawab simpel...tetapi memiliki makna yang dalam buat aku. Lihatlah perilakunya...apakah dia santun terhadap orang tuanya...dan bagaimana beliau bercerita tentang orang tuanya...apa saja yang diceritakan...dan disitulah kita bisa mengetahui akhlaq seseorang. Subhanallah ...satu pemikiran yang tak terpikir olehku selama ini, karena aku selalu berfikir bahwa orang yang baik itu pasti shalat malamnya tiap hari...pasti shalat subuhnya gak pernah kesiangan. tapi aku baru kepikiran bahwa apa yang kupikirkan selama ini adalah sesuatu yang bersifat habluminallah dan itu adalah rahasia dia dengan Allah. Tapi habluminnnaas adalah sesuatu yang kasat mata bisa terlihat jelas dihadapan kita.

Sebagai seorang pemuda adakalanya kita menganggap yang tua itu kolot dan berfikiran pendek. Padahal mereka adalah orang-orang yang telah merasakan asam garam kehidupan. Seringkali kita meremehkannya padahal kalau kita mau menurunkan ego kita...kita bisa banyak belajar dari pengalaman mereka.
Kemudian pembicaraan berlanjut dari santun kepada orang tua...menuju santun terhadap shalat...ya Allah...rasanya tak habis ilmu yang ku terima hari itu dan menjadi pelajaran yang bermakna.Beliau bilang seorang yang santun terhadap orang tua biasanya juga bisa santun terhadap shalatnya. Entah bagaimana hubungannya...aku tidak tidak bisa menguraikan satu persatu...tapi yang jelas pendapat beliau ada maksudnya.

Jadi inget hadist Rasul...mungkin ini ada hubungannya. Rasulullah pernah bersabda bahwa kondisi setiap anak yang dilahirkan adalah bagai secarik kertas yang putih dan orang tuanyalah yang akan memberikan warna apakah anak ini akan menjadi majusi...nasrani...atau yahudi...Mungkin yang diceritakan saudaraku adalah orang tua yang shalih ya?

Bicara tentang warna...aku sebetulnya hobi melukis dan menggambar...bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berada didepan kanvas atau kertas. Tapi disitulah nikmatnya melukis. Melukis buat aku adalah seni memainkan warna...seni berekspresi maka seperti yang tadi sudah aku katakan bahwa tak heran kalau yang namanya pelukis sampai mau meluangkan waktunya berjam-jam hanya untuk menghadirkan sebuah sensai lukisan yang perfect dan bermakna.

Dalam kehidupan inilah yang disebut sebagai sibghotullah (celupan Allah) artonya seni melukis kalau kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari...Subhanallah luar biasa. Kualitas hidup kita ditentukan dari kelihaian pelukisnya yaitu, kedua orang tua kita dari mulai kita usia nol sampai baligh...dan diri kita sendiri dari mulai baligh sampai meniggal. kalaupun lukisan kedua orang tua kita belum sempurna...hendaknya kita lah yang menyempurnakan itu.

Warna...yah kualitas sebuah lukisan juag ditentukan oleh permainan warna dari sang pelukis. Adakalanya sang pelukis tidak mendapatkan warna yang diinginkannya, dan disitulah kecerdasan dan talenta seorang pelukis di uji. Seperti hidup tak selamnya "lempeng" ada putihnya...ada hitamnya...ada merahnya...ada kelabunya...Apa yang seharusnya kita lakukan?

Di sinilah sebetulnya pelukis -pelukis kehidupan dituntut untuk bisa bermain dengan cantik...membuat sesuatu yang buruk menjadi baik dan hidup....kita buat judul lukisan kita menjadi "Seni Melukis Hidup".
Jangan sekali-kali kita mengutuki tentang warna hidup kita...karena kita harus sadari bahwa hitam terkadang menjadi sesuatu yang membuat lukisan menjadi hidup, coklat menjadikan lukisan terlihat elegan, hijau menjadikan lukisan lebih alami.Semua warna yang tercampur dalam satu wadah kanvas kehidupan saling bersinergi membuat lukisan yang mahal dan bernilai.

Ada satu lagi yang akan memnentukan nilai lukisan kita...adalah kualitas pewarnanya. Betapa indahnya lukisan kita...betapa lihainya diri kita dalam melukis...kalau pewarnanya mudah sekali luntur akan menjadi tidak berarti...bukankah kita ingin seperti leonardo da vinci? yang lukisan nya tak lekang di makan waktu? (ini dalam bentuk dzahir)tapi dalam bentuk kehidupan ya...kita bisa lihat sejarah para sahabat rasul...salafussalih yang keilmuan mereka tak lekang di makan zaman...jasa mereka terkenang sepanjang waktu...pujian Allah untuk meraka abadi sepanjang dunia dan akhirat kelak.
Bisa gak ya...aku seperti itu...masih jauh kayaknya...

wallahu a'lam

Tidak ada komentar: