Rabu, 06 Mei 2009

How to be Wise

Menjadi orang bijak memang tidak gampang...dibutuhkan keleluasaan hati yang luar biasa untuk bisa merekam dan mencerna setiap kejadian. Terkadang kita merasa apa yang kita lakukan sudah cukup bijak tetapi ternyata banyak orang menganggap kita tidak bijak. Membuat orang seperti apa yang kita mau tidaklah mungkin tetapi kita juga punya keterbatasan untuk bisa menjadi apa yang orang mau.

Lalu berjalan pada koridor yang manakah kalimat bijak itu berada?

Sekedar mengingat satu kisah dari Lukman (seorang yang telah dijuluki si Bijak) oleh ALLAH SWT. Suatu hari Lukman bersama anaknya sedang melakukan perjalanan dengan membawa seekor kedelai. Kemudian Lukman meminta anaknya untuk naik keatas punggung keledai dan dia membiarkan dirinya berjalan sepanjang perjalanan yang mereka susuri. Tiba-tiba ditengah perjalanan seseorang berkata pada mereka bahwa betapa tidak berbaktinya anak dari Lukman yang membiarkan orang tuanya berjalan sementara dia sendiri enak-enakan duduk diatas keledai. Mendengar perkataan itu mereka langsung beralih posisi, Lukman duduk diatas keledai dan anaknya berjalan. Ditengah perjalanan selanjutnya seorang berkata kepada mereka bahwa betapa jahatnya Lukman yang membiarkan anaknya berjalan sementara ia enak-enakan duduk diatas keledai. Mendengar perkataan itu akhirnya mereka sepakat untuk menaiki keledai itu berdua, akan tetapi orang ketiga berkata bahwa mereka telah dzhalim kepada keledai karena seenaknya saja menaiki keledai sekecil itu berdua. Akhirnya diputuskan bahwa mereka tidak akan menaiki keledai itu...tapi ditengah perjalanan mereka ditegur oleh orang ke empat dengan mengatakan bahwa Lukman dan anaknya telah bersikap mubazir dan tidak mensyukuri nikmat ALLAH karena membiarkan keledai itu tidak dinaiki.

Cerita ini sebetulnya mengingatkan kita bahwa kecuali Rasulullah SAW, tidak ada orang yang mutlak benar didunia ini. Karena sunatullahnya ALLAH menciptakan kita berbeda untuk saling mengenal. Tinggal bagaimana kita bisa menerima perbedaan itu dengan lapang (mengalah) dan tidak saling memaksakan pendapat. Antara kita dan orang lain adalah bagaikan keping keping sifat yang masing-masing punya kekurangan dan kelebihan. Kalau keping-keping itu disatukan justru akan membawa pada sifat seimbang. Seperti sifatnya unsur unsur dalam kimia yang selalu kekurangan elektron /proton tertentu (kecuali untuk golongan logam mulia...aku selalu menganalogikan unsur-unsur dalam golongan logam mulia adalah unsur-unsur istiqomah yang tidak terpengaruh oleh apapun), ketika antara mereka mau saling berbagi pada akhirnya akan membentuk sebuah ikatan yang begitu kuat. Yah mirip mirip golongan logam mulia dah....Indah bukan?

jadi kalau begitu apakah bisa saya tarik kesimpulan bahwa sebetulnya kunci bijaksana adalah berusaha istiqomah? istiqomah menurut saya tidak berbelah pada apapun, artinya berbanding lurus dengan adil. Adil tercapai manakala tidak ada lagi yang saling interupsi, artinya berbanding lurus dengan ikhlas.

Kesimpulan kedua kalau kunci bijaksana adalah berusaha istiqomah maka jalan menuju istiqomah adalah ikhlas.

Kesimpulan ini sebetulnya juga bukan tidak mempunyai dasar...didalam AL Quran pun telah dijelaskan bahwa ketika syaithan terusir dari surga, dia berjanji untuk menggoda seluruh anak keturunan Adam dari sisi depan, belakang, kanan dan kiri kecuali hamba-hamba ALLAH yang ikhlas. Dalam hal ini syaithan begitu tau bahwa hamba-hamba ALLAH yang ikhlas tidak akan bisa tergoda oleh apapun karena yang dihatinya adalah ALLAH.

Arinya istiqomah itu harus dimulai dari ikhlas dan tidak ada kata bijaksana bagi orang yang plin-plan.

Mengkritisi kebijakan itu mudah
tetapi ternyata berbuat bijak tidak gampang ...banyak sekali kejadian dimana ketika kita pintar mengkritisi orang ternyata ketika kita ditempatkan pada posisi dia...kita juga jatuh bahkan lebih parah. Kenapa terjadi? karena pada hakikatnya ALLAH SWT telah menciptakan manusia dengan intuisinya masing-masing...yang kalau tidak ditempatkan pada posisinya yang terjadi adalah jatuh.
Kalau kita cermati kerap kali
ALLAH SWT berusaha menunjukkan kekuasaanNya kepada kita dengan mengatakan kalimat-kalimat serupa, yang secara tidak langsung sebenarnya dilakukan dengan cara memasuki intuisi manusia yang berbeda-beda itu.
Tahukah kita kalimat-kalimat apa gerangan?
-- Tanda-tanda kekuasaan ALLAH bagi orang-orang yang mau berfikir
-- Tanda-tanda kekuasaan ALLAH bagi orang-orang yang mau mendengar
-- Tanda-tanda kekuasaan ALLAH bagi orang-orang yang beriman
-- Tanda-tanda kekuasaan ALLah bagi orang-orang yang mengerti
-- Tanda-tanda kekuasaan ALLAH bagi orang-orang yang mengetahui
-- Tanda-tanda kekuasaan ALLAH bagi orang-orang yang memahami
-- Tanda-tanda kekuasaan ALLAH bagi orang-orang yang bertakwa
Dan masih banyak lagi

Dalam ilmu psikologi mungkin intuisi intuisi diatas bisa di analogikan dengan gaya belajar seseorang seperti auditori (yang lebih mengandalkan pendengaran), kinestetik (yang lebih banyak "learning by doing"), visual ( yang lebih mengandalkan penglihatan) atau lebih kearah gaya bekerja konverger, diverger, assimilator dan eksekutor. Wallahu a'lam

Hmmmm sebuah tulisan yang sepertinya nggak nyambung dari awal sampe akhir...tapi aku senang karena bisa menarik sebuah kesimpulan khusus dari seluruh koridor pemikiran yang aku tulis ini, bahwa...menjadi orang bijak harus dimulai dengan belajar istiqomah, belajar ikhlas dan belajar mengenal karakter.

ALLAH ajari aku untuk memahami semua ini...

Tidak ada komentar: